Pelitanusantara.com Peristiwa ini adalah salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Kesultanan Banten, di mana Sultan Haji, putra mahkota, berkhianat dan bekerja sama dengan VOC (Belanda) untuk merebut kekuasaan dari ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Akibatnya, Banten jatuh ke dalam pengaruh Belanda dan kehilangan kemerdekaannya.
Latar Belakang: Banten dan VOC
- Banten sebagai Kerajaan Dagang yang Kuat
Kesultanan Banten adalah pusat perdagangan penting di Nusantara, terkenal dengan rempah-rempah dan pelabuhan internasionalnya.
Sultan Ageng Tirtayasa (berkuasa 1651-1683) menentang Belanda dan berusaha mengusir VOC dari Nusantara.
- Persaingan Internal antara Sultan Ageng dan Sultan Haji
Sultan Ageng memiliki dua putra, tetapi putra sulungnya, Pangeran Haji (Sultan Haji), merasa tidak dipercaya oleh ayahnya.
Sultan Ageng lebih mendukung adiknya, Pangeran Purbaya, untuk menjadi pemimpin militer melawan Belanda.
Sultan Haji merasa tersingkir dan mulai membenci ayahnya.
- VOC Menawarkan Bantuan kepada Sultan Haji
VOC melihat perpecahan ini sebagai kesempatan emas untuk melemahkan Banten.
Mereka mendekati Sultan Haji dan menjanjikan dukungan untuk merebut takhta, dengan imbalan Banten harus tunduk pada VOC.
Sultan Haji, yang haus kekuasaan, menerima tawaran ini dan mengkhianati ayahnya sendiri.
Pecahnya Perang Saudara di Banten (1682)
- Sultan Ageng Tirtayasa Tidak Mau Menyerah
Sultan Ageng menyadari bahwa putranya bersekongkol dengan Belanda.
Ia mengumpulkan pasukan untuk melawan Sultan Haji dan VOC.
- VOC Mengirim Pasukan ke Banten
Belanda mengirim pasukan bersenjata lengkap untuk membantu Sultan Haji.
Mereka mengepung ibu kota Banten dan menyerang pasukan Sultan Ageng.
- Penangkapan dan Pengkhianatan Terakhir
Sultan Ageng akhirnya tertangkap dan dipenjarakan oleh Belanda.
Sultan Haji menjadi sultan boneka di bawah kendali VOC.
Kesultanan Banten yang dulu bebas sekarang berada di bawah pengaruh Belanda.
Dampak Kudeta Sultan Haji
- Kesultanan Banten Menjadi Boneka Belanda
Sultan Haji tidak memiliki kekuasaan penuh; semua kebijakan penting dikendalikan oleh VOC.
Banten tidak lagi bisa menantang perdagangan Belanda, sehingga ekonominya merosot.
- Akhir dari Perlawanan Anti-VOC di Banten
Sebelum kudeta, Sultan Ageng adalah salah satu pemimpin utama yang melawan dominasi Belanda.
Setelah kekuasaannya jatuh, tidak ada lagi pemimpin kuat di Banten yang berani melawan VOC.
- Nasib Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng dipenjara di Batavia (Jakarta) dan meninggal dalam tahanan pada tahun 1692.
Ia dikenang sebagai pahlawan yang berjuang untuk kedaulatan Banten, tetapi dikhianati oleh anaknya sendiri.
Yang bisa disimpulkan oleh penulis bahwa Kudeta Sultan Haji terhadap Sultan Ageng Tirtayasa adalah pengkhianatan terbesar dalam sejarah Kesultanan Banten. Demi takhta, seorang anak mengorbankan ayahnya sendiri dan menyerahkan kerajaannya kepada penjajah.
Peristiwa ini menjadi titik balik bagi Banten, yang sebelumnya merupakan kerajaan maritim yang kuat, tetapi setelah itu menjadi lemah dan berada di bawah kendali VOC. Pengkhianatan Sultan Haji bukan hanya menghancurkan keluarganya sendiri, tetapi juga mengakhiri kemerdekaan Banten sebagai kerajaan yang mandiri.
#DariBerbagaiSumber