Pelitanusantara.com (31/05/2020) |Puji Tuhan! Hari ini pas di penghujung bulan Mei dan kita sedang berjuang melawan wabah covid 19 yang masih genit merajalela, kita masih boleh merayakan hari raya Pentakosta, hari turunnya Roh Kudus yaitu hari ke lima puluh sejak kebangkitan Tuhan Yesus dari maut.
Sedikit menoleh ke belakang. Ada tiga hari raya besar diperingati oleh bangsa Israel. Hari raya roti tidak beragi (Paskah), Hari raya tujuh minggu (Pentakosta/khag syavuot atau khag haqqatsir/hari menuai), dan Hari raya Pondok Daun).
Dalam Imamat 23:16 dipaparkan, “lima puluh hari yang mulai dihitung dari persembahan berkas jelai pada permulaan hari raya Paskah yaitu hari raya peringatan akan kuasa Tuhan yang membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir.”
Perayaan hari raya Pentakosta merujuk pada Kitab Perjanjian Lama dalam Imamat 23:15-21 dan Ulangan 16:9-11 yang berkata, “Tujuh minggu harus kauhitung: pada waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu. Kemudian haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Minggu bagi TUHAN, Allahmu, sekedar persembahan sukarela yang akan kauberikan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Haruslah engkau bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, engkau ini dan anakmu laki-laki serta anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan orang asing, anak yatim dan janda, yang di tengah-tengahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana.”
Umat Israel sangat bersukacita dan riang gembira merayakan hari Pentakosta ini. Demikian juga kita para murid Kristus patut bergembira penuh sukacita tatkala hari ini kita merayakan hari raya Pentakosta. Mengapa? Makna Pentakosta dalam Perjanjian Baru memiliki makna baru yang dapat kita lihat dalam Kisah Para Rasul 2:1-47. Perikop ini memberikan kita pengertian yang indah sekali.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa Roh Kudus dicurahkan (tergenapinya nubuat Yohanes Pembaptis dalam Lukas 3:15-16 dan nubuat Yoel dalam Kisah Para Rasul 2:16-21) kepada para murid Kristus sehingga terjadi mujizat keajaiban yang spektakuler.
Turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah dan tampak lidah-lidah api menghinggapi orang-orang yang hadir di situ. Juga disertai keajaiban di mana orang-orang dari berbagai bangsa dan bahasa yang hadir saat itu dapat mengerti kata-kata para rasul yang diucapkan dalam bahasa Galilea. Roh Kudus menerjemahkan kata-kata para rasul ke dalam berbagai macam bahasa dari mereka yang hadir. Luar biasa.
Bukan itu saja yang terjadi di hari Pentakosta, namun Roh Kudus berkarya memakai para rasul khususnya rasul Petrus yang pernah menyangkal Tuhan Yesus ketika Yesus ditangkap untuk disalibkan, menjadi pribadi yang sangat berbeda. Dengan berapi-api penuh keberanian yang tulus, rasul Petrus berkhotbah kepada publik Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Ia mengingatkan akan nubuat Yoel tentang pencurahan Roh Kudus dan menyampaikan tentang pribadi dan karya Tuhan Yesus setuntas-tuntasnya sehinggga mereka yang mendengar khotbahnya sangat tercengang dan terharu sehingga terjadi pertobatan massal sebanyak tiga ribu orang bertobat dan minta dibaptis.
Saat itu terus menerus bertambah orang-orang yang diselamatkan karena orang-orang dunia melihat ada perbedaan signifikan hidup orang-orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus. Mereka saling mengasihi dan memancarkan keharuman Kristus pada dunia ini.
Coba bandingkan dengan orang-orang Kristen kekinian. Apakah kita saat ini hidup seperti orang-orang Kristen mula-mula yang saling mengasihi dan menopang sehingga memancarkan keharuman Kristus sehingga khalayak ramai tertarik datang menyerahkan diri pada Tuhan Yesus? Atau kita saat ini sedang mengeluarkan bau busuk menyengat terhadap orang-orang di sekitar kita? Tentu hanya Anda dan saya yang paling tahu sejauh mana spiritualitas kekristenan kita saat ini bukan?
Bagaimana dengan kita sebagai rohaniwan, politisi, pebisnis, aparatur negara, pendidik, dokter, perawat, wartawan, hakim, jaksa, pengacara, polisi, tentara, ilmuwan, mahasiswa, siswa, yang beragama Kristen? Apakah kita sudah dipenuhi Roh Kudus sehingga hidup kita memancarkan keharuman Kristus dan menyegarkan kehidupan keluarga dan orang-orang di sekitar kita? Ataukah kita sedang menyemburkan bau busuk yang sangat menyengat atau hidup kita sudah busuk tak berguna lagi bahkan telah menjadi agen yang membusukkan lingkungan di sekitar kita?
Sekarang ini di tengah-tengah bangsa kita yang sedang dilanda wabah corona, nampak jelas mana orang yang sedang memancarkan keharuman buat bangsa ini dan mana orang yang sedang jadi agen pembusuk bangsa kita. Semoga tidak ada satu pun orang Kristen yang hidupnya busuk, membusuk bahkan membusukkan bangsa yang sedang disengsarakan covid 19 ini. Saya suka dengan frasa “busuk, membusuk, dan membusukkan” yang sering dipakai pendeta Eka Darmaputera (almarhum) dalam tulisan-tulisannya sebab ini menjadi peringatan serius beliau kepada jati diri umat Kristen yang hidup di tengah-tengah bangsa Indonesia.
Doa dan harapan saya kiranya di hari raya Pentakosta ini, kita semua murid Kristus dipimpin oleh Roh Kudus bukan untuk mengejar keajaiban berbahasa yang diterjemahkan oleh Roh Kudus ke macam-macam bahasa dunia ini.
Bukan juga kita meminta karunia bahasa roh. Ini bukan yang terutama apalagi hanya untuk pamer demi mengangkat diri sebagai orang yang memiliki kehidupan spiritualitas kelas tinggi. Juga bukan meminta karunia kesembuhan ilahi apalagi sebagai ajang pamer diri sebagai rohaniwan penuh kuasa. Semua ini bukan hal yang terutama. Bila Roh Kudus memberikan karunia rohani tertentu pada kita, itu semata-mata anugerah-Nya.
Ketika membaca Injil Yohanes 15:26 dan Yohanes 16:13-14 kita dicerahkan bahwa karya utama Roh Kudus adalah memuliakan Yesus Kristus. Bahkan Roh Kudus tidak memuliakan diri-Nya. Dia memuliakan Yesus Kristus.
Di dalam 1Yohanes 4:2-3 dijelaskan, “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.”
Jadi siapa pun termasuk para pengkhotbah yang di dalam lubuk hatinya dan dalam perilakunya senang membesar-besarkan dirinya bukan Yesus Kristus meskipun suka memakai nama Kristus, itu adalah roh antikris. Ya roh antikris. Ingat ini baik-baik. Karena itu, mari kita semakin meninggikan Tuhan Yesus seperti rasul Petrus dalam khotbahnya selalu Kristus yang menjadi pusat beritanya. Demikian pula Yohanes Pembaptis dengan tegas berkata, “Ia (Yesus) harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30). Inilah spiritualitas Kristen yang sejati.
Doa dan harapan saya yang tulus kepada-Nya, kiranya kita semua boleh menjadi murid Kristus yang berguna untuk memberdayakan sesama kita sehingga mereka menjadi orang yang bermanfaat dan bermartabat bukan menjadi murid Kristus yang kerjanya hanya mempedayakan orang lain jadi orang sengsara. Semoga juga kita tidak menjadi orang Kristen busuk, membusuk, dan membusukkan keadaan di sekitar kita. Inilah spiritualitas Kristen yang menjadi dambaan Tuhan Yesus ada di dalam hidup kita.
Selamat bersukacita merayakan hari Pentakosta. Allah Roh Kudus kiranya terus memakai kita jadi murid Kristus yang sejati yang bermanfaat bagi dunia ini demi kemuliaan Tuhan Yesus. Amin! (Ps. Padri Hans/Pelitanusantara.com)