Salatiga – Sebagai rangkaian peringatan Dies Natalis Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang ke-68, Sabtu malam, 16 November 2024 UKSW gelar pertunjukan wayang kulit dengan Lakon “Rama Tambak”. Gelaran wayang semalam suntuk ini disebut Wayang Kulit Kolaborasi karena selain wayang kulit juga dipertontonkan juga beberapa tarian sebagai pembuka pagelaran wayang kulit. Tarian tersebut adalah Tari Soyong dari Sanggar Seni Rama Wijaya, Tari Piring oleh SD Kristen Satya Wacana, Tari Enggang dilakukan Komunitas Etnis Dayak, Tari Gambyong dipertontonkan Sanggar Tari Sekar Rinonce
Pada saat adegan “budhalan” wadya bala negara Pancawati yang terdiri dari para prajurit monyet juga ditampilkan tarian kiprah wanara yang menggambarkan para prajurit monyet yang berangkat menuju ke medan laga perang.
Lakon “Rama Tambak” yang malam itu dibawakan oleh Dhalang Ki Mulyono Purwo Wijaya mengisahkan perjuangan para wadya bala kerajaan Pancawati dalam perjuangannya membuat sebuah tanggul jalan menuju kerajaan Alengka. Sehingga antara kerajaan Pancawati dengan rajanya Prabu Rama dengan kerajaan Alengka dengan rajanya Prabu Dasamuka yang semula dipisahkan oleh samodra terciptalah sebuah jalan yang bisa dilalui.
Niken Salindri yang malam itu menjadi bintang tamu bernyanyi dan berjoged, lagu yang dinyanyikan antara lain langgam Nyidham Sari, dan lagu Lamunan, serta lagu Lestari yang sedang populer itu. Kehadiran Niken Salindri ditemani oleh dua dagelan yang menyemarakkan suasana Cak Slendro dan Cak Andi dari Jawa Timur.
Kisah Klasik yang Disukai
Kisah atau lakon “Rama Tambak” adalah kisah klasik yang disukai oleh masyarakat Jawa. Bahkan Presiden Suharto pada waktu berkuasa, bulan Februari 1998 meminta lakon “Rama Tambak” ini dipentaskan di berbagai kota di Jawa untuk membendung marabahaya yang melanda Indonesia. Lakon “Rama Tambak” ini digandrungi karena mengisahkan persatuan elemen masyarakat dalam meraih sebuah cita-cita.
Secara ringkas kisah lakon “Rama Tambak” itu adalah sebagai berikut. Prabu Rama yang kehilangan istrinya Dewi Sinta yang diculik Dasamuka atau Rahwana berupaya untuk mencari dan mengembalikan Dewi Sinta ke negara Pancawati.
Setelah mengutus prajurit pilihan berwujud monyet putih yang bernama Anoman, maka bisa dipastikan bahwa Dewi Sinta benar berada di kerajaan Alengka dan dalam keadaan baik. Dalam lakon “Anoman Duta” tersebut, Anoman dikisahkan setelah bertemu dengan Sinta, Anoman ditangkap dan dibakar di alun-alun. Tetapi karena kesaktian Anoman, maka Anoman bisa terbebas dari tali-tali yang membelenggunya. Bahkan dikisahkan keberanian Anoman dengan membakar kota dan istana Alengka sehingga menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
Ketika Prabu Rama dan para prajuritnya hendak bergerak menuju Alengka, mereka terhambat dengan adanya lautan yang memisahkan antara kerajaan Pancawati dan kerajaan Alengka. Oleh karena itulah kemudian Prabu Rama memerintahkan supaya dibuat tambak yang nantinya akan menjadi jalan para prajuritnya. Akhirnya dibuatlah tambak itu dengan berbagai tantangannya. Dengan demikian para prajurit Pancawati yang terdiri dari para prajurit monyet bisa melaju ke Alengka untuk merebut Sinta dari tangan Dasamuka.
Merawat Kebhinekaan dan Toleransi
Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak.dalam sambutannya sebelum pertunjukan menyampaikan bahwa tema Dies Natalis UKSW adalah “Berdampak bagi Dunia”. Supaya bisa mencapai kampus yang berdampak bagi dunia itu, maka menurut ibu rektor ini, kampus UKSW hendaknya menjadi kampus yang inklusif bukan eksklusif. “UKSW hadir di Salatiga bukan untuk menjadi menara gading, bukan pula menjadi kampus yg eksklusif tetapi inklisuf, yang merawat kebhinekaan dan toleransi. Di UKSW terdapat beragam etnis dan budaya. Ada 13 etnis budaya di UKSW,” demikian Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak. menjelaskan.
Pagelaran wayang kulit, semalam suntuk ini menjadi bukti bahwa UKSW memiliki tekad nyata dalam merawat kebhinekaan dan toleransi ini. Sebelum acara gelar wayang kulit, rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak.menjelaskan adanya rangkaian acara dies natalis yakni, Fun Run, Pagelaran Sabda dan Seni dengan menghadirkan penyanyi Jakarta Sidney Mohede dan ibadah.
Diakui oleh rektor bahwa pagelaran wayang kulit adalah baru pertama kali UKSW melakukannya. Lakon Rama Tambak dipilih menurut rektor bisa menjadi inspirasi bagaimana UKSW perlu melakukan perjuangan bersama menuju world class university.
Kedewasaaan Berkarya
PJ Walikota Yasip Khasani, S.IP, MM dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan Dies Natalis menandai kedewasan berkarya. Yasip Khasani mengakui bahwa UKSW sudah terbukti telah menjadi rumah kedua bagi mahasiswa dan berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa bahkan di luar negeri. “UKSW telah memberi warna kebudayaan dan toleransi di Salatiga selama ini,” demikian ujar Yasip Khasani.
Di hadapan ribuan masyarakat Salatiga yang memenuhi Lapangan Pancasila, PJ Walikota itu menyampaikan bahwa Lapangan Pancasila dapat digunakan untuk berkumpul bagi warga Salatiga.
“Lapangan Pancasila semoga menjadi tempat berkumpul warga Salatiga, tidak sekedar menjadi ikon saja. Diperbolehkan untuk acara-acara apa saja tetapi sebelumnya harus memiliki ijin,” demikian urai Yasip Khasani.
Diakui oleh PJ Walikota Salatiga ini bahwa kegiatan semacam pagelaran wayang kulit ini dapat menstimulasi perekonomian di Salatiga dan dapat pula memicu perkembangan budaya lokal. “Saya berharap dhalang-dhalang di kota Salatiga juga muncul, karena juga ada sekolah pedhalanagan di Salatiga,” demikian ujar Yasip Khasani.
Oleh: Suyito Basuki