Pelitanusantara.com Tradisi Melabuh adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat suku Banjar yang tinggal di bantaran sungai di Kalimantan Selatan. Tradisi ini mencerminkan hubungan mendalam antara manusia dengan alam serta penghormatan terhadap kekuatan spiritual yang dipercaya menguasai laut dan sungai.
Secara etimologis, “melabuh” berasal dari bahasa Banjar yang berarti melepaskan atau menghanyutkan sesuatu ke air. Tradisi ini dilakukan untuk menghormati roh-roh penjaga air dan sebagai bentuk permohonan keselamatan serta kesejahteraan bagi masyarakat.
Dosen Program Studi Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur saat menjadi narasumber dalam acara Siaran Berjaringan Pesona Budaya Borneo RRI, Rabu (22/5/2024) mengatakan, tradisi Melabuh ini telah dilaksanakan sejak 500 tahun yang lalu oleh orang Banjar.
“Sebagian orang Banjar percaya bahwa melaksanakan tradisi Melabuh dengan menghanyutkan sesajen ini adalah memberi makan datuk leluhur atau buaya kuning, dan pemberian sesajen ini berdasarkan tanda atau isyarat seperti saat seseorang sering sakit. Ada yang melaksanakan tradisi ini setahun sekali, ada juga yang setahun dua kali,” ungkapnya.
Mansyur menambahkan, setiap kelompok masyarakat Banjar memiliki tahapan yang berbeda dalam melaksanakan tradisi Melabuh. Namun secara umum, tahapan dalam tradisi ini dimulai dari mempersiapkan sesajen. Sesajen ini terdiri dari berbagai jenis makanan seperti telur ayam, nasi dari beras ketan sebanyak setengah atau satu liter, pisang dan kembang yang dimasukkan di dalam plastik, serta nama orang tua yang ditulis dalam secarik kertas.
Tahap selanjutnya yaitu pembacaan doa yang dipimpin oleh seorang pemuka adat atau tokoh agama setempat. Doa ini dimaksudkan untuk memohon perlindungan dan kesejahteraan dari Tuhan dan roh leluhur. Setelah doa selesai, sesajen dilarungkan ke sungai.
Tradisi Melabuh mencerminkan nilai-nilai budaya dan filosofis masyarakat Banjar yang sangat menghargai hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan Tuhan. Nilai gotong royong, kebersamaan, dan rasa syukur sangat kental dalam tradisi ini. Selain itu, tradisi ini juga merupakan bentuk pelestarian budaya dan identitas masyarakat Banjar di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.