Pelitanusantara.com Prasasti acap kali diawali dengan kalimat larangan terhadap segolongan Mangilala Drwya Haji agar tidak memasuki daerah tertentu yang telah ditetapkan sebagai daerah sima atau daerah perdikan yang bebas pajak.
Awalnya larangan tersebut dijadikan dasar untuk mengidentifikasi Mangilala Drwya Haji sebagai petugas pemungut pajak. Tetapi melihat dari jenis-jenis jabatannya yang sangat beraneka ragam yang mencapai ratusan jumlahnya, para ahli kemudian menyimpulkan makna istilah tersebut sebagai abdi dalem keraton. Pemaknaan ini didukung bukti ditemukannya kata Maminta Drwya Haji di Bali, yang memiliki arti lembaga yang keberadaannya ditentukan dan dibiayai oleh penguasa baik langsung maupun tidak langsung.
Larangan tidak boleh menginjakkan kaki di tanah sima lebih bermakna simbolis bahwa para Mangilala Drwya Haji sebenarnya diijinkan masuk ke tanah sima tetapi tidak boleh melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tugas atau jabatannya.
Sebagai petugas yang melayani raja beserta keluarga dan penghuni kerajaan lainnya, besar kemungkinan para Mangilala Drwya Haji tinggal dilingkungan ibukota kerajaan. Mereka mendapatkan gaji yang diambil dari perbendaharaan kas kerajaan. Walaupun bukan termasuk pejabat tingkat tinggi namun kedudukan dan peran mereka sangat penting.
Para abdi dalem kerajaan Jawa kuno merupakan bagian dari perlengkapan material seorang raja dalam rangka memperkuat kedudukan dan kekuasaannya. Banyaknya rakyat yang bersedia bekerja melayani raja menunjukkan besarnya kekuasaan raja tersebut.
Dari data prasasti-prasasti, kerajaan Medang abad IX memiliki kurang lebih 328 jabatan Mangilala Drwya Haji. Seiring bergulirnya waktu, beberapa jabatan muncul dan hilang sesuai kebutuhan hingga pada masa Majapahit tinggal terdapat 125-an jabatan.
Secara umum Mangilala Drwya Haji dapat digolongkan sebagai berikut:
Para Penarik Pajak
Mereka adalah orang – orang yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan pajak dari rakyat. Di antaranya misra paramisra, pangulang, pinta palaku, skar tahun, tandas ning mas, turun–turun, tutan dan wulu–wulu.
Pengelola Perjudian
Orang–orang yang bertanggung jawab untuk masalah–masalah yang menyangkut perjudian. Yang masuk dalam kelompok ini antara lain juru judi, juru legel, lebeleb, leca dan malandang.
Pengrajin
Terdiri dari orang–orang yang pekerjaannya membuat barang–barang hasil kerajinan tangan dan logam. Kelompok ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Kelompok Pengrajin
Membuat barang-barang dari kayu dan anyaman: undahagi, tingkes (artinya pengrajin pembuat tameng anyaman atau bisa jadi prajurit kerajaan yang bersenjatakan tameng yang dianyam), amaranggi (dari kata maranggi atau paranggi yang artinya sarung keris, mungkin amaranggi adalah pengrajin pembuat sarung keris), manimpiki (pejabat yang menciptakan sesuatu yang indah misalnya dalang, tukang ukir, tukang kayu), mangrumbe (tukang bunga atau ukiran), misranginangin (tukang kipas atau pengrajin pembuat kipas).
- Kelompok Tukang
Membuat barang-barang dari besi dan sejenisnya diantaranya: dhura (pandai besi), taji (benda dari logam yang tajam yang biasanya dipasangkan pada kaki ayam aduan), pamanikan (dari kata manik yang artinya perhiasan, mungkin yang dimaksud adalah orang yang bertugas membuat perhiasan untuk raja dan keluarga), manggunje (penghias atau pembuat gagang keris), parang (mungkin parang adalah pembuat alat senjata dari batu yang tajam), sungka (pandai besi pembuat senjata)
- Kelompok Pande
Membuat barang-barang dari logam. Mereka adalah: juru barata (kepala para pengrajin logam), juru gusali (kepala para pandai mas), limus galuh (dari kata lus yang artinya halus dan galuh yang sering dikaitkan dengan Mpu Galuh yang berarti tukang mas dan permata), pandai mas, pandai tembaga, dan pandai tamra (pengrajin tembaga).
Pejabat Keagamaan
Orang–orang yang mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan, seperti pemimpin upacara keagamaan atau pengajar ajaran agama. Diantara mereka adalah: air haji, tapa haji, amahat, kawur hyang (kawur artinya memilih, hyang berarti dewa. Mungkin yang dimaksud adalah orang yang bertugas memimpin acara keagamaan), makudur (orang yang mengucapkan sumpah atau sapatha sambil memotong leher ayam dan membanting telur diatas watu sima), pinghai (artinya putih. Tidak jelas yang dimaksud. Mungkin putih disini identik dengan pakaian suci kaum brahmana), tirwan (artinya mengikuti atau mencontoh. Mungkin maksudnya adalah pejabat tinggi yang kedudukannya setingkat dengan putra raja yakni pamgat tirwan yang mengajari hal hal baik untuk ditiru atau dicontoh), watu walang (watu maksudnya batu menhir tempat dewa atau arwah leluhur bersemayam atau dipuja. Belum jelas maknanya).
Administrator
Orang – orang yang berhubungan dengan masalah protokoler dan administrasi seperti juru tulis, penasihat raja, atau juru penerang. Mereka adalah juru rahasya, kula pamgat, manghuri, mangrinoi, parih, parih kuwu, pangurungan, panrangan, patanah, patatar, patinghalan, pintapintan, tawan, trpan, warahan dan wilang thani.
Terdapat juga para cendikiawan yang berkecimpung dalam berbagai bidang disebut mantri bhujangga, antara lain mangrinci dan trpan (penyusun atau perencana kegiatan raja), juru tulis (patanah), pintapintan, warahan, panrangan, dan patatar (juru bicara raja), juru rahasya (spionase mata mata raja), palihkuwu (pengurus perpindahan penduduk), serta pangurungan dan tawan (mengurus masalah tawanan).
Seniman
Orang – orang yang memberi hiburan kepada keluarga kerajaan dengan mengadakan pertunjukkan kesenian seperti aluwarak, juru banyol, mabika (penari), mapadahi (penabuh gendang), misra hino, pawidu, pinglai (kelompok pemain gamelan), rakasang, tangkil, tikasan, dan widu mangidung (pesinden).
Tentara Kerajaan
Diantaranya agilingan (prajurit kereta perang), juru salit (mengelak atau menangkis dengan tangan. Mungkin maksudnya kepala dari tentara karena menangkis bisa dihubungkan dengan tameng), magalah (berasal dari kata galah yang berarti tombak. Mungkin maksudnya adalah kerajaan yang bersenjatakan tombak) , makitran (berasal dari kata kiter yang artinya berkeliling. Mungkin maksudnya adalah orang atau tentara kerajaan yang tugasnya berkeliling menjaga keamanan istana), mamanah (berasal dari kata panah, yang berarti tentara kerajaan yang membawa panah sebagai senjatanya), palawang (berasal dari kata lawang yang berarti pintu. Mungkin maksudnya adalah tentara kerajaan yang menjaga pintu gerbang), purug (artinya adalah maju, mendekati, mengelilingi, atau menyerang. Mungkin maksudnya adalah tentara kerajaan), tapukan (berasal dari kata tapuk yang berarti maju dengan senjata lengkap. Mungkin maksudnya adalah tentara kerajaan yang bersenjata lengkap), upihan (berasal dari kata upih yang artinya melancarkan atau mengatur. Mungkin maksudnya adalah orang yang tugasnya melancarkan atau mengatur sesuatu agar berjalan sebagaimana mestinya).
Pelayan dan Budak
Mereka bertugas melayani semua kebutuhan raja dan keluarganya, diantara profesi ini adalah amanten atau juru bananten (berasal dari kata bananten atau walanten yang artinya tukang cuci. Maksudnya adalah orang yang bertugas mencuci pakaian raja dan keluarganya), bantal (berasal dari kata wantal yang berarti bantal. Mungkin tugasnya adalah mengurus bantal – bantal yang digunakan raja dan keluarganya), bondan (pelayan atau budak), haturan padu (padu adalah sejenis kambing, dapat juga dihubungkan dengan adu. Mungkin maksudnya orang yang bertugas mempersembahkan kambing untuk diadu), hulun haji (hulun berarti budak yang dijadikan pelayan. Mungkin maksudnya adalah budak yang melayani raja), jenggi (dalam bahasa Persia, Zenggi artinya orang orang yang berasal dari Afrika khususnya Afrika Timur. Mungkin maksudnya adalah budak yang berkulit hitam), pamawasya (berasal dari bahasa sansekerta wasya yang berarti budak yang dimiliki. Mungkin maksudnya orang yang mengurus budak belian), panghayapan (berasal dari kata hayap atau ayap yang berarti melayani makan. Mungkin maksudnya orang yang melayani keluarga kerajaan ketika mereka sedang makan), pawdihan (berasal dari kata wdihan yang berarti pakaian. Mungkin ia bertugas mengurusi pakaian raja dan keluarganya), pujut (sekelompok orang yang berkulit gelap dan dijadikan budak), tuhalup (lup adalah jenis makanan. Mungkin maksudnya orang yang bertugas mengawasi para petugas yang mengurus makanan untuk raja), urutan (tukang pijat), watek i jro (abdi raja yang hidupnya tergantung dari gaji yang diambil perbendaharaan raja), pabekel (berasal dari kata bekel yang berarti memberi bekal perjalanan. Mungkin maksudnya adalah orang yang bertugas menyiapkan perbekalan untuk raja jika hendak melakukan perjalanan), haturan bang (berasal dari kata haturan yang berarti mempersembahkan dan bang yang berarti darah. Belum jelas maksudnya disini) dan angusung (berasal dari kaya usung yang berarti membawa suatu yang berat dengan cara digotong. Mungkin maksudnya orang yang bertugas membawa tandu pada saat raja atau keluarganya sedang melakukan perjalanan).
Pengurus Pertanian dan Peternakan
Tugasnya merawat dan memelihara tanaman dan hewan milik raja. Para pengurus pertanian antara lain dadap (salah satu jenis pohon. Mungkin maksudnya orang yang bertugas merawat dan memelihara pohon jenis ini), dawutan (orang yang bertugas mencabut atau membersihkan tanaman dan pepohonan yang sudah diambil hasilnya), kalangkang (orang yang bertugas mengurus ladang padi yang sifatnya kecil atau individu), kukap (kukap adalah jenis pohon sukun, mungkin maksudnya orang yang bertugas mengurus pohon pohon berjenis sukun), makalangkang, makuda (orang yang bertugas merawat dan memelihara kuda), mawi (berasal dari kata awi yang berarti bambu. Mungkin maksudnya adalah tukang bambu), pawalanda (berasal dari kata walanda yang artinya bunga. Maksudnya adalah orang yang bertugas merawat bunga), dan pulung padi (pengikat padi). Sedangkan para pengurus peternakan atwih (orang yang bertugas memelihara ternak), dara (dara adalah merpati. Mungkin maksudnya orang yang bertugas untuk memelihara burung merpati), juru langling (langling adalah salah satu jenis burung. Mungkin yang dimaksud adalah orang yang bertugas memelihara dan merawat burung ini), mahaliman (mahaliman berarti gajah. Maksudnya orang yang bertugas merawat gajah), padlegan (berasal dari kata deleg yang berarti ikan gabus besar. Maksudnya adalah orang yang memelihara ikan gabus), pahasango (berasal dari kata hasang yang berarti anjing liar. Maksudnya adalah orang yang mengurus anjing liar), pakbo (berasal dari kata kebo atau kerbau. Maksudnya adalah orang yang mengurus dan merawat kerbau), pamanukan (berasal dari kata manuk yang berarti burung. Maksdunya adalah orang yang bertugas mengurus burung), pawdus (berasal dari kata wdus yang berarti kambing. Maksudnya adalah orang yang bertugas memelihara kambing), pawuruk (berasal dari kata wuruk yang berarti anak bintang. Maksudnya adalah orang yang bertugas untuk merawat anak binatang yang baru lahir), tuha kambing (orang yang bertugas mengawasi orang-orang yang memelihara kambing) dan warak (petugas yang memelihara badak).
Perdagangan dan transportasi
Orang–orang yang mengawasi masalah perdagangan sebagai salah satu sumber penghasilan kerajinan dan mengatur kelancaran transportasi perairan yang secara tidak langsung mendukung perdagangan.
Mereka adalah hopan (orang yang mengurus suatu keramaian), jukung (orang yang bertugas mengurus kapal kecil atau kano), manambangi (orang yang mengurus tempat penyebrangan), palimbak (orang yang bertugas menjaga pantai), dan tundan (sesuatu yang dilakukan pada pergantian tampuk pimpinan kekuasaan) untuk masalah transportasi. Sementara pejabat dalam perdagangan adalah banyaga (pedagang yang membawa barang barangnya dengan kapal), pamikul (orang yang bertugas mengurus pedagang yang menggunakan pikulan), tuha dagang (orang yang mengawasi para pedagang), tpung kawung (orang yang membuat sulaman untuk dijual), wli hapu (pedagang kapur), wli hareng (pedagang arang kayu), wli panjut (pedagang obor), wli tambang (pedagang tali), wli wadung (pedagang kampak) dan wli wasya (pedagang budak).
Paranormal
Mereka berurusan dengan masalah super natural dan penentuan hari baik, seperti peramal dan dukun. Khusus dukun tugasnya berhubungan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah kdi (dukun wanita), walyan, pamrsi (salah satu pejabat keagamaan yang bijak), pjah lek (dukun beranak), rama jataka (peramal yang berpedoman pada benda benda langit), dukun (memohon kesembuhan pada dewa untuk si sakit), tuha nambi (orang yang bertugas meramu tumbuh tumbuhan untuk dijadikan obat), udanan (pawang hujan), dan wiji kawah (dukun beranak).
Penderita Cacat
Mereka adalah penghuni istana yang menderita cacat tubuh, namun belum jelas apa tugas mereka. Diantaranya juru uiga (pemimpin dari orang – orang yang tidak dapat berjalan), pandak (pengikut raja yang menderita cacat tubuh), wungkuk (wungkuk berati bungkuk. Mungkin maksudnya adalah pelayan raja yang menderita cacat tubuh), dan wwal (wwal berarti orang kerdil. Salah satu abdi raja yang menderita cacat tubuh).
Mungkin seperti abdi dalem Palawija di keraton Yogya masa kini yang juga beranggotakan orang cebol, bongkok, pincang dan berkulit albino
Gambaran tentang Mangilala Drwya Haji sebagai pegawai kerajaan yang digaji oleh raja masih bisa dijumpai pada masa yang lebih kini di Keraton Surakarta sekira tahun 1830. Masyarakat Keraton Surakarta terdiri dari berbagai lapisan yang tersusun secara hirarkis yakni raja, bangsawan, priyayi, dan priyantun dalem. Pada masa pemerintahan Pakubuwono X jumlah priyantun atau abdi dalem ini mencapai ratusan dengan kisaran usia antara 10–30 tahun. Setiap bulan mereka mendapat uang yang jumlahnya disesuaikan dengan usianya
Sumber : Kekunoan.com