Mazmur 32:5 “Aku berkata kepada diriku sendiri, ‘Aku akan mengakui pemberontakanku kepada Tuhan.’ Dan engkau mengampuni aku! Semua rasa bersalahku hilang”
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu…” (1Korintus 13:4)
Pelitanusantara.com Pernahkah orang curhat, lalu kita menasihati mereka untuk mengampuni? Bahwa kita harus mengasihi orang tersebut. Bahwa dengan mengampuni, kita sendiri yang bebas. Mungkin kadang kita yang menerima nasihat itu. Memang semua itu benar, tapi hari ini saya mengajak Anda untuk melakukan hal yang sama terhadap kesalahan kita sendiri. Dalam hidup, sadar atau tidak, kita pasti pernah menyakiti seseorang, mengecewakan Tuhan dan menghina karya salib. Kita mungkin meminta maaf, kita mungkin bertobat, tapi ada kalanya kita sulit untuk memaafkan diri kita sendiri.
Tuhan berkata “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Bagi saya, itu berarti Tuhan mengatakan kepada saya untuk terlebih dulu mengasihi diri saya sendiri sebelum saya bisa mengasihi orang lain. Karena ajaran, kadang memaafkan orang lebih mudah dari memaafkan kesalahan sendiri. Walaupun kadang sudah minta maaf, saya masih sering memutar ulang kesalahan itu dalam benak saya. Kalau itu membuat saya rendah hati, ya baik. Tapi lebih seringnya, saya jadi rendah diri. Tentunya iblis tidak melewatkan kesempatan baik itu dan makin menjerumuskan saya sehingga saya makin merasa tidak ada harganya dan menjadi tidak produktif. Padahal Tuhan melihat diri kita berharga.
Untungnya Tuhan membuat saya sadar bahwa Tuhan sudah tahu saya pasti akan melakukan semua hal itu, tetapi tetap menerima saya. Bahwa kesempurnaan bukanlah di mana saya tidak membuat kesalahan sama sekali; karena bagaimanapun juga, saya tidak akan pernah bisa memenuhi standar kekudusan Tuhan.
Kesempurnaan di mata Tuhan adalah menerima hadiah pengampunan dan terus berusaha menjadi lebih baik. Janganlah kita lupa bahwa hadiah keselamatan dibungkus dengan pengampunan. Dan jika Yesus mengampuni saya, masa saya malah bilang bahwa saya tidak diampuni? Jika Dia menghapus dosa itu dengan darah-Nya yang berharga, siapa saya untuk menulisnya lagi? Itu bukan kerendahan hati, itu keras kepala dan sombong.
Akhirnya, saya mulai bisa mengasihi diri sendiri. Sama seperti Tuhan melihat saya apa adanya namun tetap menerima saya, termasuk semua kelemahan saya. Bahwa guna kesalahan saya adalah untuk pelajaran supaya menjadi lebih baik. Tuhan percaya kepada saya bahkan sebelum saya percaya pada diri sendiri. KasihNya telah meluluhkan hati saya. Dan pada akhirnya saya sadari bahwa sekarang jauh lebih mudah bagi saya untuk mengasihi orang lain dengan segala kelemahan mereka, memberi mereka kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka dan belajar percaya bahwa mereka tidak bermaksud buruk. Pada akhirnya melakukan firman untuk mengampuni dan mengasihi sesama jadi lebih mudah.
– Apakah masih ada perasaan bersalah atau malu yang anda masih pegang erat?
– Adakah hubungan anda yang masih belum mengalami pemulihan karena luka masa lalu yang belum diselesaikan? Diskusikan.
Hubungan kita dengan kita sendiri menentukan kualitas hubungan kita dengan orang lain.
Selamat beraktivitas dalam anugerah dan penyertaan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Amin
Pdt.Dr Adolf Bastian Butar-butar,M.Th