KISAH KURA – KURA BUTA

Kura
Spread the love

 

Pelitanusantara.com | Kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Tanpa disadari, kita melakukan perbuatan buruk dan menciptakan karma buruk. Dari kehidupan ke kehidupan, karma buruk kita semakin berat. Orang pada zaman dahulu memegang teguh nilai moralitas, menghormati semua orang di keluarga, masyarakat, dan orang-orang yang lebih tua. Selain itu, mereka juga sangat rendah hati. Akan tetapi, anak muda zaman sekarang semakin tidak menghormati orang yang lebih tua.

Kini, populasi manusia semakin lama semakin banyak dan hubungan antarsesama di masyarakat juga semakin lama semakin rumit sehingga karma buruk yang tercipta pun semakin hari semakin banyak dan semakin berat. Setiap teringat pada ini, saya sangat khawatir. Berhubung telah terlahir sebagai manusia dan berkesempatan untuk mendengar Dharma, kita hendaknya tekun dan bersemangat untuk melatih diri. Janganlah kita berhenti di tengah jalan. Berhenti di tengah jalan lebih melelahkan dari melangkah maju. Karena itu, kita harus bersungguh hati.

Di dalam Sutra ada sebuah kisah seperti ini. Ada sebidang papan yang tengahnya bolong dan terombang-ambing di tengah laut. Ada seekor kura-kura buta yang berenang di laut. Saat mengangkat kepala, kebetulan kepalanya masuk ke tengah lubang papan tersebut. Ini sungguh tidak mudah. Sama halnya dengan manusia. Untuk bertemu dengan ajaran kebenaran, sungguh hal yang sulit.

Ada seorang anak muda yang ingin mencobanya. Dia lalu mencari sebidang papan dan melubangi bagian tengahnya agar dapat dimasuki kepala. Dengan membawa papan itu, dia pergi ke sebuah kolam yang sangat besar. Dia lalu melempar papan itu ke dalam kolam. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam kolam. Semakin dia berusaha keras berenang, gelombang airnya semakin besar sehingga papan itu pun ikut bergerak. Lama-kelamaan, papan itu terbawa semakin jauh darinya. Dia merasa sangat lelah.

Setelah mencoba sepanjang hari, dia gagal terus. Dia berpikir di dalam hati, “Mata saya dapat melihat. Kolam ini juga tidak terlalu besar. Akan tetapi, setelah mencoba sepanjang hari, saya masih tidak dapat memasukkan kepala ke dalam lubang. Tentu lebih sulit bagi kura-kura buta di tengah lautan itu hingga kepalanya dapat masuk ke lubang saat terangkat. Sungguh, untuk terlahir sebagai manusia dan bertemu dengan ajaran Buddha adalah hal yang sulit. Karena itu, saya harus memanfaatkan waktu untuk melatih diri.”

Demikianlah, dia pun meninggalkan keduniawian. Setelah menjadi bhiksu, meski telah meninggalkan keduniawian, dia kerap berbagi Dharma di tengah masyarakat. Ini adalah salah satu kisah di dalam Sutra. Kini Buddha sudah tidak ada di dunia, tetapi ajaran Beliau masih bersama kita.

Kita hendaknya memahami tentang Empat Kebenaran Mulia. Setiap hari ajaran Buddha menjadi pengingat bagi kita. Tak peduli betapa kayanya seseorang, kehidupannya tetap tak terlepas dari ketidakkekalan dan penderitaan. Dalam kehidupan masa sekarang ini, apakah kalian tak merasa bahaya selalu mengintai? Semakin berkembangnya masyarakat, bahaya yang mengintai  pun semakin besar.

Para ilmuwan sangat khawatir karena suhu bumi kian hari kian meningkat dan kondisi iklim pun semakin ekstrem. Populasi manusia yang semakin lama semakin bertambah menyebabkan bumi ini semakin padat. Manusia menciptakan berbagai polusi terhadap udara dan lingkungan sehingga banyak bencana terjadi akibat ketidakselarasan unsur alam. Jika dilihat dari sisi Buddhisme, ini adalah hukum alam. Ini semua bersumber dari sebersit pikiran manusia. Ketamakan menyebabkan populasi manusia semakin bertambah.

Di sisi lain, banyak negara yang mengkhawatirkan masalah lansia di  masyarakat. Jumlah anak muda semakin sedikit karena mereka tidak ingin melahirkan bayi. Sebaliknya, apa yang akan terjadi jika angka kelahiran semakin meningkat? Inilah kontradiksi di masyarakat. Kini kontradiksi di masyarakat semakin lama semakin banyak. Ini terjadi akibat kebodohan dan ketidaktahuan.

Dalam hidup ini, setahun terasa sangat panjang. Namun, pikirkanlah, berapa tahun kita dapat hidup di dunia? Banyak hal di dalam hidup ini yang berjalan tak sesuai harapan kita. Selain itu, ada banyak hal yang tak dapat kita prediksi. Sebelum sesuatu terjadi, kita tidak dapat memprediksinya terlebih dahulu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita dan berapa lama usia kehidupan kita. Kita tidak tahu semuanya. Karena itu, kita harus tekun dan bersemangat.

Kita harus menenangkan dan meneguhan hati kita di dalam Dharma. Kita harus melakukan segala kebajikan dan memutuskan jalinan jodoh buruk. Setiap hari, kita harus melenyapkan noda batin dan melepaskan diri dari kemelekatan dalam hubungan antarsesama. Kita harus berusaha untuk mencapai pembebasan. Bagaimana cara kita untuk  mencapai pembebasan batin?

Kita dapat melakukannya dengan cara menjalin jodoh baik dengan orang setiap hari. Dengan menjalin jodoh baik, maka kita akan bebas dari kerisauan. Dengan begitu, kita dapat melewati setiap hari dengan hati yang tenang dan penuh sukacita. Ini yang disebut pembebasan batin. Melenyapkan noda batin dan menambah jalinan jodoh baik merupakan cara kita untuk mempraktikkan ajaran Buddha secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber : Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Tinggalkan Balasan

error: Coba Copy Paste ni Ye!!