Pelitanusantara.com | Bekasi kota patriot, kota para pencinta tanah air. Sejak berabad-abad silam Bekasi telah menjadi medan jihad para pejuang bersemangat patriotik yang senantiasa menanamkan jiwa patriotisme, rela mengorbankan jiwa-raganya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
Lihatlah, saat Kerajaan Mataram menyerang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di Batavia pada 1628 sampai 1630, Bekasi menjadi basis pertahanan dan perbekalan Mataram.
Penolakan terhadap penjajah Belanda dilakukan rakyat Bekasi dalam pemberontakan di Tambun pada 1869 dan gerakan protes petani di Bekasi pada 1913.
Pada masa Pendudukan Militer Jepang, Bekasi memiliki peran yang amat stategis di panggung sejarah nasiona, yakni Cibarusah dijadikan tempat latihahan militer dan semi miiliter Hizbullah pada 1944-1945. Para pemuda pejuang Bekasi dilibatkan dalam pengawalan dan pengamanan proses penculikan Soekarno-Hatta dari Jakarta ke Rengasdengklok, Karawang, pada 16 Agustus 1945.
Saat perang kemerdekaan 1945-1949 Bekasi merupakan front terdepan pertahanan Republik Indonesia dalam melawan tentara Sekutu-Inggris yang berpihak kepada Belanda dan Belanda yang yang bernafsu hendak menjajah kembali Indonesia.
Ribuan patriot bangsa dari Bekasi dan berbagai wilayah Indonesia menyabung nyawa di front pertahanan yang terletak di sebelah timur Kali Cakung (kemudian terdesak oleh pasukan Belanda sehingga pertahanan bergeser ke Kali Bekasi dan Sasak Jarang). Bekasi pun dijuluki banyak pihak sebagai Kota Patriot.
Patriotisme rakyat Bekasi kembali menggelora saat melakukan resolusi raktyat Bekasi yang dipimpin KH Noer Alie pada 17 Januari 1950 di Alun-alun Bekasi, yang intinya menolak Republik Indonesia Serikat (RIS) dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Resolusi rakyat Bekasi juga diikuti daerah-daerah lain. Presiden Republik Indonesia Sukarno dan Wakil Presiden Mohamamd Hatta, menyatakan kembali ke NKRI pada 17 Agustus 1950.
Kerinduan kedua pendiri bangsa (founding father) tersebut terwujud pada 1950-an.
Hatta dalam pidatonya di Alun-alun Bekasi pada 13 Juni 1955 mengatakan baru dua dari empat tujuan rakyat Indonesia yang telah direalisasikan. “Kami sudah memiliki Indonesia yang bebas dan berdaulat, tetapi kami belum bisa merasakan keadilan dan kemakmuran,” kata Hatta.
“Karena itu kami harus bekerja keras agar kami dapat mencapai dua tujuan ini. Tanah Indonesia cukup kaya. Hanya jika kita memiliki kemauan keras dan ingin bekerja cukup keras, kita akan dapat memanfaatkan kesuburan ini,” ujar Hatta.
Adapun Sukarno dalam pidatonya di Alun-alun Bekasi pada 9 April 1956 meminta seluruh rakyat Indonesia bekerja keras untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur.
“Rakyat mendesak kepala negara untuk memperjuangkan persatuan yang revolusioner, dan bekerja keras untuk menyelesaikan revolusi nasional dan membangun masyarakat yang adil dan makmur,” kata Sukarno.
Pada 1960-an sempat terjadi perebutan julukan nama Kota Patriot antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi. Mendengar kabar tersebut, para pejuang Bekasi tidak terima. Lantas tokoh masyarakat Bekasi berkumpul di bioskop Parahyangan (depan Stasiun Bekasi).l Pada kesempatan itu, mereka meminta agar julukan Kota Patriot tidak disandang Karawang, melainkan harus oleh Bekasi.
Alasannya, Bekasi merupakan front terdepan pertahanan Republik Indonesia. Sedangkan Karawang, kata mereka, sebagai pusat atau pangkal komando perjuangan, sehingga Kabupaten Karawang lebih tepat dijuluki Kota Pangkal Perjuangan.
Perjuangan para tokoh Bekasi berhasil. Buktinya, pada perkembangan berikutnya, Karawang benar-benar berjuluk “Kota Pangkal Perjuangan,” sedangkan Bekasi menjadi “Kota Patriot”.
Menjelang perpisahan dengan induknya (Kabupaten Bekasi), Kota Admistratif Bekasi yang kemudian berubah statusnya menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II Bekasi dan Kota Bekasi, Kota Bekasi) membutuhkan lambang.
Diselenggarakanlah sayembara lambang Kota Bekasi pada masa Wali Kota Madya Daerah Tingkkat II Bekasi Kailani Abdul Roni, 1997. Setelah dilakukan pembahahasan,
akhirnya disepakati sesanti “Kota Patriot.” Lambang Kota Bekasi dengan sesanti “Kota Patriot” tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi nomor 01 Tahun 1998 pada masa Wali Kota Bekasi Nonon Sonthanie.
Ali Anwar
Anggota Tim Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila Kota Bekasi